Kamis, 01 Oktober 2015

E-Service Gojek

E-SERVICE
E-Service merupakan suatu aplikasi terkemuka dengan memanfaatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Meskipun peneliti memiliki pengertian yang berbeda, namun mereka setuju bahwa teknologi memiliki peranan dalam memfasilitasi pengiriman suatu service.
Menurut Rowley (2006) layanan elektronik di definisikan sebagai: "... perbuatan, usaha atau pertunjukan yang pengirimannya di mediasi oleh teknologi informasi. Layanan elektronik tersebut meliputi unsur layanan e-tailing, dukungan pelanggan, dan pelayanan ". Definisi ini mencerminkan tiga komponen utama - penyedia layanan, penerima layanan dan saluran pelayanan (yaitu, teknologi).

Disini saya akan menjelaskan salah satu pelayanan e-service yg sedang booming di masyarakat, yaitu Go-jek.






Apa itu GoJek?


Sebuah layanan booking ojek melalui aplikasi GoJek yang bisa didownload di Smartphone android & iPhone.
GoJek menawarkan 4 (empat) jasa layanan yang bisa dimanfaatkan oleh para pelanggannya: Instant Courier (Pengantaran Barang), Transport (Jasa Angkutan), Shopping (Belanja) dan Corporate (Kerjasama dengan perusahaan untuk jasa kurir) yang menekankan keunggulan dalam Kecepatan, Inovasi dan Interaksi Sosial.
Semua driver-nya juga pakai seragam dan helm hijau berlogo GoJek. Nah ini beberapa kelebih Gojek dibanding ojek pangkalan :

1. Nggak perlu nyari ojek di pinggir jalan. Nunggu dalem kantor, ojek dateng baru deh turun.

2. Nggak perlu tawar menawar harga. Semua udah langsung terkalkulasi saat order.

3. Tukang ojek rapi dengan jaket dan helm seragam.

4. Free masker dan free penutup kepala. Say no to penularan kutu rambut lewat helm. YAIKS!

5. Bisa kirim barang, minta tolong beli tiket bioskop, minta tolong beli apapun bebas! Jadi nggak perlu kitanya ikutan pergi. Dibeliin dulu sama mamang ojeknya.

Siapa pendirinya?

Pria bernama Nadiem Makariem kelahiran 4 Juli 1984 ini mendirikan GO-JEK di Jakarta. Selain bersifat bisnis, ada misi sosial yang diemban, meningkatkan pendapatan para tukang ojek di Jakarta. Meski sempat tidak bisa melihat kemajuan GO-JEK karena harus sekolah di Amerika, bungsu dari 3 bersaudara ini berhasrat untuk terus mengembangkan GO-JEK, salah satunya dengan menggandeng berbagai perusahaan.

Ide awal pendirian GO-JEK darimana?

Idenya muncul saat ngobrol dengan tukang ojek langganan. Ternyata lebih dari 70% waktu kerjanya hanya menunggu pelanggan. Nadiem pun langsung wawancara tukang ojek lainnya, ternyata semuanya mengeluh susah cari pelanggan. Apalagi di Jakarta kemacetan makin memburuk. Jika ada layanan transport dan delivery yang cepat dan praktis, pasti akan sangat membantu warga Jakarta.

Kapan berdirinya?

Tahun lalu (2010) GO-JEK mulai beroperasi. GO mencerminkan layanan kami yang serba cepat dan proaktif. Kami ingin menciptakan suatu brand dimana nilai-nilai tambah utama GO-JEK akan langsung dimengerti pelanggan kami, yaitu kemudahan dan kecepatan.

GoJek FAQ (seputar tanya-jawab gojek):

1. Aman nggak sih?
Menurut saya sih aman. Ya kalaupun nggak, masih lebih mending daripada nyetop ojek di pinggir jalan dong? Minimal pakai GoJek itu udah ke-track siapa nama driver kita berapa nomoer teleponnya dan ke mana tujuan kita.

2. Tukang ojeknya karyawan GoJek ya?
Bukan. Tukang ojeknya ya mamang ojek pinggir jalan juga. Cuma dia bermitra dengan GoJek. Jadi freelance gitu. Kalau lagi ada order di GoJek dia boleh ambil, boleh juga nggak ambil.

3. Oh gitu, kalau gitu tukang ojeknya dapet apa ya dari GoJek?
Mereka tidak digaji jadi share penghasilan. 80:20, 80% untuk tukang ojek dan 20% untuk GoJek. Hayooo yang mau sampingan punya penghasilan tambahan, jadi tukang ojek di GoJek bisa banget nih. Apalagi GoJek juga punya sistem bonus. Jadi kalau sehari ngambil 5 penumpang dari GoJek, dapat bonus 50ribu. Baik banget yah!


4. Tukang ojeknya tahu dari mana kalau ada order?
Sama kaya kita. Muncul notifikasi di aplikasi GoJeknya. Muncul ordernya dari mana akan ke mana. Canggih ya!

5. Wah mamang ojeknya hpnya bagus-bagus dong yah!
Mereka dibekali smartpon dong pastinya. Nggak iPhone lah *lol* Kata mamang ojek saya, smartphone itu dikasih ke tukang ojek dengan cara dicicil. Harga handphone-nya Rp 500 ribu, dicicil dengan potong dari penghasilan sebesar Rp 20 ribu seminggu.

6. Apa keuntungan gabung sama GoJek?
Minat tau banget sis? Haha Keuntungannya kalau lo tukang ojek, daripada mangkal aja terus bengong kan mending mangkal sambil stand by pantengin aplikasi GoJek. Rezeki mah dari mana aja ya kan. Kalau bukan tukang ojek? Bisa jugaaa. Misal buat sampingan pulang kerja, ya ambil penumpangnya pas waktu lowong aja.

Ada beberapa hambatan atau lebih tepatnya tantangan yang harus dihadapi oleh GOJEK. Tantangan tersebut antara lain : 

1. Tarif GOJEK sebetulnya "kurang" kompetitif. Ya, seperti kita ketahui bersama tarif gojek yang dulu Rp. 10.000 s.d 25 KM kemudian naik menjadi Rp. 15.000 s.d 25 KM dan saat ini turun lagi menjadi Rp. 10.000 s.d 25 KM merupakan tarif promo atau dengan kata lain pihak GOJEK masih melakukan subsidi terhadap pelanggan. Adapun tarif sebenarnya bisa jauh diatas tarif promo tersebut yang nilainya bisa lebih tinggi dari tarif ojek konvensional/pangkalan

2. GOJEK belum memberlakukan tarif riilnya karena masih melihat kompetitornya seperti GRABBIKE yang juga masih memberlakukan tarif promo. Mungkin pihak GOJEK berpikiran jika menaikan tarif saat ini, maka pelanggannya akan pindah ke GRABBIKE yang masih memberlakukan tarif promo. Karena untuk menggunakan layanan dari GOJEK ke GRABBIKE  masyarakat tinggal menginstal aplikasi GRABBIKE pada ponsel mereka. 

3. Menurut informasi dari pihak GOJEK yang dihimpun dari berbagai media, pihak GOJEK sebenarnya lebih menyasar pada pelanggan yang tidak "price sensitive" atau tidak terlalu mempersoalkan tarif layanan, tapi lebih mengutamakan kemudahan, keamanan, dan kenyamanan. Padahal jika diteliti lebih jauh, pasar GOJEK yang terbentuk saat ini sebagian besar adalah pelanggan kalangan menengah bawah yang masih "price sensitive", dimana mereka tertarik menggunakan GOJEK karena tarifnya yang kompetitif selain kemudahan, transparansi harga, kemanan dan kenyamanan yang tidak ditawarkan oleh ojek konvensional.

4. Banyak bermunculan kompetitor ojek online. Tidak dapat dipungkiri jika ada startup baru yang muncul dan mampu berkembang dengan pesat maka akan muncul kompetitor-kompetitor sejenis yang juga ingin menguasai pasar tersebut. Tentunya pihak GOJEK sudah menyiapkan strategi dan amunisi agar tetap memiliki competitive advantages dibidang ojek online karena mereka sudah mendapatkan keuntungan sebagai pioner dibidang ini, walaupun hal tersebut tidak dapat menjamin keunggulan GOJEK karena pada akhirnya pasarlah yang lebih menentukan ojek online mana yang akan bertahan.

5. Maraknya manipulasi oleh driver GOJEK. Ini merupakan isu yang harus ditangani secara serius oleh pihak GOJEK, dimana terjadi kelemahan sistem yang memungkinkan driver GOJEK melakukan order fiktif untuk mendapatkan keuntungan yang berlebih dan sangat merugikan pihak GOJEK.

6. Masalah privasi pelanggan atau potensi penyalahgunaan data pelanggan GOJEK. Akhir-akhir ini media sosial cukup diramaikan oleh salah satu postingan yang berisi "teror" dari oknum driver GOJEK yang merasa tidak terima dengan review yang diberikan oleh salah satu penumpangnya. Oknum driver GOJEK tersebut mengirim pesan SMS yang bernada ancaman ke penumpang yang memberikan review negatif. Selain itu ada pula oknum driver GOJEK yang memanfaatkan nomor HP penumpangnya untuk melakukan "menggoda" penumpang tersebut. Mungkin masalah privasi tersebut terlihat sepele, namun data-data tersebut jika dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab akan sangat merugikan. Bayangkan saja tindak kejahatan yang mungkin muncul ketika seorang yang memiliki niat buruk mengetahui alamat kerja, alamat rumah dan nomor Handphone seseorang... belum lagi jika orang tersebut memperhatikan juga keadaan rumah, lingkungan rumah calon korban..... yah semoga saja hal tersebut hanya menjadi kekhawatiran saja.

Setidaknya itulah tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh GOJEK dalam waktu dekat. Sangat menarik untuk dilihat bagaimana pihak GOJEK mencari solusi untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Karena bagaimanapun GOJEK sendiri sudah banyak membantu masyarakat baik pengguna layanan maupun driver GOJEK yang sangat terbantu terutama dari sisi pendapatan.



Sumber:






Go-Jek Ditolak Karena Dinilai Tak Punya Nilai Etika

Persatuan Ojek Kalibata City, Pancoran, Jakarta Selatan melarang Go-Jek dan GrabBike masuk dalam kawasan apartemen tersebut. Di samping merusak pendapatan, keberadaan Gojek dinilai tidak beretika.
"Bayangin aja, mereka masuk ke pangkalan orang tanpa permisi. Kemudian ngambil penumpang kita. Ibarat masuk ke rumah orang, tanpa ngetuk pintu, terus ngambil makanan yang ada di dalam rumah, siapa yang enggak marah," kata Adi (32) kepada Metrotvnews.com, Senin (6/7/2015).
Pria yang akrab disapa Bodong ini mengaku tak takut kehilangan rezeki. Sebab, dia masih meyakini bahwa rezeki sudah diatur oleh Tuhan yang Maha Esa. Akan tetapi, ia tidak menyukai Go-Jek lantaran tidak beretika dan merusak harga pasar tukang ojek pangkalan.
"Misalkan dari Kalibata City ke Pasar Minggu, ongkosnya Rp20 ribu. Tapi Go-Jek malah ngasih harga Rp15 ribu. Kan ini namanya, jatuhin harga," ujar Bodong.
Bodong juga tidak tertarik bergabung dengan Go-Jek lantaran banyak aturan yang harus ia ikuti. Ia tak tergiur iming-iming pendapatan fantastis. Ia tetap ingin menjadi ojek pangkalan seperti yang telah dilakoninya empat tahun terakhir.
"Kayaknya kita diatur ketat, kalau bergabung dengan Go-Jek," ungkap dia.
Bodong mengimbau para driver Go-Jek tidak lagi masuk mengambil penumpang dari Kalibata City. Tapi, ia tak mempermasalahkan jika Go-Jek hanya mengantar dari luar ke Kalibata City.
"Kalau tetap ngeyel, pasti ada benturan atau gesekan," tukas Bodong.
Seperti diketahui, Persatuan Ojek Kalibata City memasang sejumlah plang atau spanduk yang berisikan larangan untuk Go-Jek dan grab Bike mengambil penumpang di sekitar lokasi. Setidaknya dari empat pintu masuk yang ada, masing-masing pintu dijaga oleh rata-rata 20 hingga 60 orang tukang ojek.
Polda Metro Jaya terus melakukan sosialisasi kepada jasa pangkalan ojek agar tidak main hakim sendiri terhadap jasa Gojek, sebab itu jelas perbuatan melanggar hukum.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Mohammad Iqbal yang telah mengantisipasi hal itu dengan cara sosialisasi kepada para pengemudi ojek atau tukang ojek yang biasa mangkal.
“Kami minta agar tidak perlu melakukan hal-hal yang merugikan mereka sendiri, yaitu perbuatan melawan hukum, melakukan pemukulan karena cuma motifnya cemburu, tidak perlu,” katanya di Jakarta, Selasa (28/7).
Menurutnya, para tukang ojek diharapkan memberi contoh yang baik sehingga tidak semestinya berebut pelanggan atau penumpang. Iqbal pun menilai pasaran antara Go-jek dengan jasa ojek pangkalan berbeda.
Sumber :
http://news.metrotvnews.com/read/2015/07/07/144501/go-jek-ditolak-karena-dinilai-tak-punya-etika



1 komentar: